Belum Usai Kasus Data Polri Bocor, Akun Bjorkanism Kini Sindir Badan Gizi Nasional

SUARAMALANG.COM, Jakarta – Belum usai geger kebocoran 341 ribu data anggota Polri, dunia maya kembali dihebohkan oleh unggahan akun @bjorkanism yang menampilkan logo dan data Badan Gizi Nasional (BGN), lembaga di bawah Badan Pangan Nasional (Bapanas) Republik Indonesia.

Unggahan tersebut menjadi sorotan lantaran muncul di tengah panasnya isu kebocoran data Polri yang masih diselidiki aparat. Dalam postingan yang diunggah awal Oktober itu, tampak tangkapan layar berisi logo BGN, potongan dokumen resmi, dan sejumlah nama yang menyerupai daftar internal Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Di atas gambar itu, tertulis pesan provokatif: “Hello Nutrition Agency 🖕”, khas gaya sarkasme Bjorka terhadap institusi pemerintah.

Hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari Badan Gizi Nasional maupun Badan Pangan Nasional mengenai kebenaran data yang ditampilkan di unggahan tersebut. Namun, kemunculan akun @bjorkanism kembali memunculkan tanda tanya besar—apakah Bjorka masih bebas dan aktif?

Sebelumnya, Bjorka mengklaim telah membocorkan “341K Indonesian National Police Personnel Database” melalui forum breached.vc. Dalam unggahannya, ia menulis: “Since the police in Indonesia allege that they have arrested me, I have decided to disclose this data as a surprise for them. The individual you captured is someone who has been tricking many people under my name all this time, and you can only catch me in your dreams.”

Pernyataan itu muncul setelah aparat kepolisian mengumumkan penangkapan seseorang yang disebut sebagai “Bjorka”. Namun, tak lama kemudian, akun @bjorkanism justru aktif kembali dan memposting pesan lain: “You think it’s me?… I’m still FREE. The one who appeared in 2022.” Pesan ini memperkuat dugaan bahwa pelaku yang ditangkap hanyalah pihak lain yang menggunakan nama Bjorka untuk tujuan tertentu.

Polda Metro Jaya pun tak tinggal diam menanggapi isu kebocoran data Polri tersebut. Kasubbid Penmas Polda Metro Jaya AKBP Reonald Simanjuntak menyebut pihaknya masih mendalami kebenaran data yang beredar di publik. “Saya baru dengar. Saya cek dahulu, kami dalami,” ujarnya singkat di Jakarta Selatan, Senin (6/10/2025). Hingga kini, belum ada kepastian apakah data yang tersebar memang berasal dari sistem internal kepolisian atau dari sumber lain yang telah lama bocor.

Kejadian ini mengulang pola yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya: setiap kali aparat mengklaim berhasil menangkap pelaku, akun Bjorka muncul kembali dengan serangan baru. Pola berulang ini membuat sejumlah pengamat keamanan siber berpendapat bahwa Bjorka bukan sosok tunggal, melainkan jaringan peretas dengan sumber daya besar dan strategi komunikasi yang rapi.

Jika dugaan kebocoran terhadap Badan Gizi Nasional terbukti, maka pola serangan Bjorka menunjukkan pergeseran target—dari institusi penegak hukum ke lembaga yang mengelola data sosial dan pangan masyarakat. Artinya, ancaman kini tak hanya menyasar aparat, tetapi juga data penerima manfaat program pemerintah seperti Makanan Bergizi Gratis (MBG).

Para pemerhati keamanan siber menilai, maraknya kebocoran ini menandakan lemahnya sistem deteksi dini dan protokol tanggap insiden di institusi pemerintah. Serangan berulang ini menjadi bukti bahwa celah keamanan dasar belum sepenuhnya tertutup sejak kebocoran besar pertama dua tahun lalu.

Pemerintah kini dituntut bertindak lebih transparan dan cepat dalam memperkuat keamanan digital nasional. Sebab, kasus-kasus seperti ini tak lagi sekadar persoalan teknis, melainkan sudah menyangkut kedaulatan data dan kepercayaan publik terhadap negara.

Pewarta : *M.Nan/Sol

Exit mobile version