Suaramalang – Iqra merupakan buku teks yang digunakan umat islam untuk belajar membaca huruf arab.
Buku ini pertama kali terbit pada awal tahun 1990-an dan terdiri dari enam jilid atau disebut Iqra 1 hingga Iqro 6.
Iqra biasanya dipelajari oleh anak-anak sejak usia dini hingga sekolah dasar sebagai tahap awal untuk dapat membaca Al-Qur’an.
Bukunya sama berwarna hitam dan memiliki model laki-laki di sampul belakang.
Model pria itu mengenakan kacamata dan topi hitam.
Sayangnya, banyak orang yang belum mengetahui sosok model pria di Iqra. Apalagi, belum ada identitas mengenai pria tersebut. Bahkan ada yang mengira modelnya adalah Allah SWT.
Sosok Guru pada Model Kulit Iqra
Laki-laki sampul Iqra adalah Kiai Haji As’ad bin Humam.
Dialah sosok yang mempertemukan Iqra dengan Tim Remaja Masjid-Mushola (AMM) Tadarus di Yogyakarta.
As’ad lahir pada tahun 1933 di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Hindia Belanda dan meninggal pada tanggal 2 Februari 1996.
Ia menghabiskan masa mudanya di Kotagede. Saat remaja, As’ad masuk Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Namun saat baru duduk di bangku kelas dua, As’ad mengundurkan diri karena masalah fisik berupa pengapuran dini pada tulang belakangnya.
Meski begitu, perjuangan As’ad mempelajari Islam terus berlanjut. Dunia pendidikan Islam menekuninya setelah bertemu dengan Kiai Haji Dahlan Salim Zarkasy.
Saat itu As’ad membantu mengajarkan para santri membaca Al Quran dengan metode Qiroati.
Metode Pembelajaran Iqra telah tercipta
Melalui pengalaman mengajarnya, Kiai Haji As’ad bin Humam terus berkembang dengan membentuk kelompok belajar yang dibantu oleh Tim Tadarus Remaja Masjid-Musholla (AMM) Yogyakarta.
Hasil eksperimen metode pembelajaran As’ad dikenal dengan Iqra yang masih diterapkan hingga saat ini.
Metode pembelajaran ini terangkum dalam enam jilid kecil yang mudah dibawa kemana saja.
Bahkan tidak hanya di Indonesia, metode Iqra As’ad juga diterapkan oleh masyarakat muslim di Malaysia.