Pelatihan BRIN Hasilkan Peta Masalah Literasi Digital Warga Malang : Akses Ada, Pemahaman Masih Rendah

SUARAMALANG.COM, Kota Malang – Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pengguna Riset dan Inovasi untuk Masyarakat yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kota Malang menghasilkan sejumlah temuan penting terkait kondisi literasi informasi publik di tingkat warga. Kegiatan ini menyoroti bahwa akses kanal informasi publik sebenarnya sudah tersedia luas, namun pemahaman masyarakat untuk memanfaatkan kanal tersebut masih tertinggal.
Hasil evaluasi dan diskusi yang muncul selama pelatihan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta belum mengetahui alur resmi permintaan informasi publik, belum mengenal metode verifikasi informasi digital, serta masih mengandalkan praktik konvensional untuk mengakses layanan pemerintah.
BRIN bersama Diskominfo Kota Malang mencatat beberapa poin kritis dari peserta:
  1. Sebagian besar peserta mengetahui keberadaan layanan aduan digital, tetapi belum memahami cara menggunakannya dengan benar.
  2. Hampir 70 persen peserta masih menerima informasi dari sumber tidak resmi, seperti grup pesan berantai.
  3. Minimnya literasi verifikasi menyebabkan rendahnya kemampuan warga mengenali hoaks.
  4. Kebutuhan tutorial penggunaan aplikasi publik menjadi masukan paling mendesak.
  5. Warga meminta pemerintah memperluas kanal sosialisasi, termasuk pendampingan langsung di tingkat kelurahan.
Temuan-temuan tersebut menjadi dasar penyusunan rekomendasi BRIN untuk penguatan tata kelola informasi publik di Kota Malang.
Kepala Diskominfo Kota Malang, M. Nur Widianto, menyampaikan bila hasil sesi pelatihan menunjukkan adanya kesenjangan antara ketersediaan teknologi dan kesiapan warga sebagai pengguna.
“Hasil dialog tadi jelas: akses sudah luas, tapi literasi belum merata. Ini ruang yang harus segera kami isi,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Diskominfo akan memperkuat:
  • program literasi digital berbasis kelurahan,
  • video tutorial aplikasi layanan publik,
  • respons cepat terhadap pertanyaan warga di kanal digital,
  • serta monitoring terhadap ruang informasi yang belum terjangkau.
“Teknologi tidak cukup hanya tersedia. Masyarakat harus benar-benar paham cara menggunakannya,” tegasnya.
BRIN menyatakan hasil pelatihan di Kota Malang akan dijadikan rujukan untuk pemetaan tingkat literasi informasi publik di daerah perkotaan. Temuan dominan tentang ketimpangan pemahaman digital dianggap mencerminkan masalah umum yang juga terjadi di kota-kota lain.
“Data yang kami dapatkan hari ini memperlihatkan bahwa literasi informasi publik harus didorong secara sistematis. Tidak cukup hanya menyediakan kanal,” kata salah satu fasilitator BRIN dalam sesi penutupan.
BRIN juga menyimpulkan bahwa pemanfaatan riset untuk publik masih perlu ditingkatkan, terutama agar warga memahami cara mencari data yang sahih dan menggunakan layanan resmi pemerintah.
Banyak peserta menilai pelatihan model ini jauh lebih efektif dibanding sosialisasi selama ini, karena memberikan praktik langsung, simulasi pengecekan informasi, dan contoh kasus layanan publik digital.
Mereka meminta agar agenda pelatihan diperluas ke wilayah-wilayah dengan keterbatasan akses digital maupun daerah padat penduduk.
Kegiatan yang berlangsung di Kota Malang ini menghasilkan tiga keluaran utama:
  1. Peta masalah literasi digital warga Kota Malang, termasuk kelompok yang paling rentan menerima informasi keliru.
  2. Rekomendasi kebijakan kepada Pemkot Malang untuk memperkuat edukasi kanal informasi publik.
  3. Komitmen tindak lanjut BRIN untuk menggunakan data dari Kota Malang sebagai basis arah pengembangan riset literasi publik tingkat nasional.
Dengan fokus pada hasil dan data lapangan, pelatihan ini disebut menjadi titik penting dalam memperbaiki arus informasi publik agar lebih akurat, cepat, dan mudah dipahami masyarakat.
Pewarta: *Ali Nopan
Exit mobile version