SUARAMALANG.COM, Sidoarjo – Jumlah korban ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus bertambah.
Hingga Senin (29/9/2025) malam, total 45 santri tercatat menjadi korban, dengan rincian 20 selamat, 23 luka-luka, 1 luka parah, dan 1 meninggal dunia.
Musala Ponpes Al Khoziny roboh ketika digunakan untuk salat Ashar berjemaah pada Senin sore sekitar pukul 14.40 WIB.
Peristiwa ini terjadi saat musala sedang dalam proses pengecoran lantai atas, yang menurut dugaan awal membuat struktur bangunan tidak kuat menopang beban.
Kepala Humas RSI Siti Hajar, Erli Mawar Nuraini, mengungkapkan pihak rumah sakit menerima gelombang korban yang terus berdatangan sejak sore.
“Saat ini rumah sakit sangat sibuk menangani penanganan awal para pasien, jadi kami belum bisa memberikan statemen lebih jauh,” ujarnya kepada Radar Sidoarjo.
Erli menambahkan, jumlah korban terus bertambah karena proses evakuasi masih berlangsung di lokasi kejadian.
“Data sementara ada 40-an, data masih terus berjalan, dipastikan masih banyak korban yang berdatangan ke RSI Siti Hajar,” jelasnya.
Berdasarkan informasi terbaru, korban meninggal dunia tercatat bernama Ibrahim, sedangkan korban luka parah bernama Furqon.
Salah satu santri selamat bernama Haykal menceritakan detik-detik saat musala ambruk.
“Kami salat bersama, tiba-tiba kerasa gempa terus ambruk, teman-teman langsung lari semuanya,” kata Haykal.
Ia menjelaskan, saat kejadian memang sedang berlangsung pekerjaan pengecoran di lantai atas musala.
“Saya menduga bangunan yang sedang dibangun masih rapuh,” tambahnya.
Haykal sendiri hanya mengalami luka lecet di bagian kaki dan mengaku bersyukur bisa selamat dari insiden tersebut.
Sementara itu, suasana haru menyelimuti RSI Siti Hajar.
Sejumlah keluarga korban terlihat menangis histeris menunggu kabar santri yang belum ditemukan.
Salah satu wali santri bernama Romlah tampak terpukul karena belum mengetahui kondisi anaknya.
“Belum ketemu, Pak,” ucapnya sambil menangis tersedu-sedu.
Petugas gabungan dari BPBD, Basarnas, TNI, dan Polri masih berjibaku di lokasi musala untuk mencari korban yang diduga masih terjebak di bawah reruntuhan beton.
Hingga malam, puluhan ambulans berjajar di sekitar pondok pesantren untuk mengangkut korban yang berhasil dievakuasi ke rumah sakit.
Aparat kepolisian juga mulai melakukan penyelidikan awal terkait penyebab ambruknya bangunan, termasuk mengecek izin pembangunan serta standar keselamatan konstruksi.
Tragedi ini menjadi sorotan publik karena terjadi saat kegiatan ibadah berlangsung dan melibatkan puluhan santri yang masih berusia belia.
Pemerintah daerah dan pihak pondok pesantren meminta doa dan dukungan masyarakat agar proses evakuasi berjalan lancar dan korban segera ditemukan.
Pewarta : M.Nan