Iklan

Kuliah Pakar Magister Sosiologi DPPS UMM: Membedah Kyūshoku ”MBG” Model Jepang yang Sangat Beda dengan Indonesia

Iklan

SUARAMALANG.COM, Kota Malang – Program Magister Sosiologi Direktorat Program Pasca Sarjana (DPPS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan kuliah pakar yang mengangkat tema “Lesson Learned From Kyuushokuu: Makan Bergizi Sekolah (MBS) Model Jepang” pada Selasa kemarin ( 30/9).

Acara yang diselenggarakan via daring ini menghadirkan Prof. Aoki Takenobu, Ph.D. sebagai narasumber utama untuk mengupas tuntas implementasi program kyūshoku (makan siang sekolah) di Jepang dan relevansinya dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia.

Iklan

Kuliah pakar ini dimoderatori Rachmad K. Dwi Susilo, MA., Ph.D., Ketua Program Studi Magister Sosiologi UMM. Dalam pengantar diskusi sebagai pemantik, ia menekankan “Kebijakan selalu dalam posisi ‘dibuat dan dibuat ulang’ sesuai realitas lapangan”, menegaskan pendekatan dinamis yang menjadi ciri khas analisis kebijakan sosial dalam studi Sosiologi.

Prof. AOKI Takenobu, Ph.D. dalam paparannya menjelaskan bahwa “Kyūshoku bukan sekadar urusan perut, melainkan sebuah sistem yang terintegrasi dengan pendidikan, budaya, dan kebijakan sosial”. Beliau menekankan bahwa kesuksesan program kyūshoku di Jepang tidak terlepas dari pendekatan holistik yang memadukan aspek gizi, pendidikan karakter, dan ekonomi lokal melalui konsep ’shokuiku’ (filosofi pendidikan makanan).

Diskusi berhasil mengungkap sejumlah pembelajaran berharga dari sistem kyūshoku. Prinsip kesetaraan dengan menyajikan menu yang sama untuk semua siswa menjadi kunci dalam menghindari stigma sosial di lingkungan sekolah.

Sementara itu, keterlibatan aktif siswa dalam seluruh proses penyajian makanan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan kemandirian sejak dini. “Semua siswa terlibat aktif, bukan hanya duduk menunggu makanan disajikan,” tegas Prof. Aoki menekankan filosofi pendidikan yang mendasari program ini.

Dalam sesi tanya jawab yang interaktif, Rachmad K. Dwi Susilo, MA., Ph.D. memberikan catatan kritis bila indonesia belum bisa serta merta disamakan begitu saja dengan Jepang karena kondisi realitas sosialnya yang berbeda.

” Beliau menekankan pentingnya pendekatan kontekstual dalam mengadopsi model asing, dimana faktor desentralisasi, keragaman kapasitas daerah, dan kondisi sosio-kultural Indonesia harus menjadi pertimbangan utama, “kata Kaprodi Sosiologi itu

Lebih lanjut, Rachmad menambahkan bila Program Magister Sosiologi UMM mengajarkan mahasiswa untuk menganalisis kebijakan seperti MBG tidak hanya dari aspek teknis, tetapi juga dari dimensi sosiologis, kultural, dan politik yang melingkupinya.

Pendekatan sosiologi terapan ini menjadi nilai tambah bagi lulusan dalam menganalisis isu-isu kebijakan sosial kontemporer dengan tetap mempertimbangkan realitas lokal.

Kuliah pakar ini dihadiri kalangan mahasiswa, dosen, dan praktisi kebijakan publik yang turut aktif dalam diskusi. Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Program Studi Magister Sosiologi UMM dalam menghadirkan perspektif global yang aplikatif, sekaligus memperkuat kemampuan analisis kebijakan sosial mahasiswa melalui pendekatan sosiologi terapan yang kontekstual.

Pewarta: *Bahari

Iklan
Iklan
Iklan