Iklan

Hikmah dan Doa untuk Para Santri Ponpes Sidoarjo: Syahid dan Husnul Khatimah

Iklan

SUARAMALANG.COM, Sidoarjo  – Tragedi menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, pada Senin sore, 29 September 2025, saat bangunan musala lantai tiga ambruk. Puluhan santri tertimbun reruntuhan ketika tengah melaksanakan salat Asar berjamaah. Suasana duka menyelimuti seluruh keluarga, guru, dan masyarakat sekitar pondok.

Dalam masa-masa sulit ini, perhatian utama bukan hanya pada proses evakuasi, tetapi juga pada penghormatan dan doa bagi para santri yang gugur. Keluarga dan masyarakat menekankan harapan agar mereka diterima di sisi Allah SWT sebagai syuhada dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah, akhir yang baik bagi seorang Muslim.

Iklan

Para santri yang menjadi korban berusia antara 12 hingga 17 tahun, dikenal sebagai anak-anak yang penuh semangat belajar dan taat beribadah. Guru dan teman-teman mengenang mereka sebagai pribadi yang ramah, tekun, dan memiliki kasih sayang yang tulus kepada sesama. Kehidupan mereka sehari-hari di pondok, mulai dari belajar kitab hingga menunaikan salat berjamaah, menunjukkan dedikasi mereka pada ilmu dan iman.

Bangunan musala yang ambruk sedang dalam proses pembangunan tanpa izin resmi, dan fondasinya tidak mampu menahan beban tambahan dari lantai yang sedang dibangun. Detik-detik runtuh terdengar seperti gemuruh yang menghentak seluruh pondok. Tim gabungan BNPB, Basarnas, TNI, Polri, dan relawan segera melakukan evakuasi dengan hati-hati menggunakan alat berat seperti crane dan ekskavator. Meskipun beberapa korban berhasil dievakuasi, sejumlah santri masih tertimbun, dan data korban dapat berubah seiring berjalannya proses pencarian.

Dalam perspektif keagamaan, kematian para santri dianggap sebagai mati syahid. Hadis riwayat Imam An-Nasai dan HR Bukhari-Muslim menjelaskan bahwa orang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan termasuk golongan syahid. Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 169-170 menegaskan bahwa mereka tetap hidup di sisi Allah dan menerima karunia-Nya.

Selain itu, meninggal dalam keadaan ibadah atau amal saleh juga menandai husnul khatimah. Santri yang gugur saat salat berjamaah diyakini telah menutup hidupnya dalam kondisi mulia, meninggalkan teladan keberanian, kesalehan, dan dedikasi pada ilmu agama.

Keluarga korban mengekspresikan ikhlas dan menerima musibah ini dengan doa yang tulus, memohon agar anak-anak mereka diterima sebagai syuhada dan husnul khatimah. Mereka memelihara keyakinan bahwa anak-anak mereka tetap hidup di sisi Allah SWT dan menjadi contoh bagi generasi lain.

Masyarakat sekitar, relawan, dan tim SAR turut hadir di posko evakuasi, memberikan dukungan moril, logistik, serta doa bersama. Solidaritas ini memperkuat semangat tim untuk bekerja maksimal dalam mengevakuasi korban yang masih tertimbun. Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menjamin biaya pengobatan korban yang selamat, serta memastikan proses pencarian korban tetap berjalan dengan penuh kehati-hatian.

Tragedi ini menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya keselamatan bangunan, terutama fasilitas pendidikan dan tempat ibadah. Namun di balik kesedihan, keluarga, guru, dan masyarakat menemukan hikmah dalam keyakinan bahwa para santri yang gugur telah menutup hidupnya dengan iman, keberanian, dan amal saleh.

Di tengah duka, doa dan penghormatan menjadi bagian utama proses penyembuhan. Santri yang gugur dikenang sebagai teladan kesalehan dan ketakwaan, sementara keluarga dan masyarakat menerima takdir dengan hati lapang, menguatkan diri melalui doa, solidaritas, dan refleksi spiritual.

BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap memberikan ruang bagi tim penyelamat agar evakuasi dapat berlangsung lancar, sambil mengingat bahwa jumlah korban dapat berubah seiring perkembangan pencarian di lokasi reruntuhan.

Pewarta : M.Nan

Iklan
Iklan
Iklan