SUARAMALANG.COM, Kota Malang – Momentum Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober 2025 dimanfaatkan para perajin batik Kota Malang untuk menghadirkan karya baru yang sarat filosofi. Sehari sebelumnya, Kamis (2/10), Asosiasi Perajin Batik Kota Malang bersama TP PKK Kecamatan Kedungkandang resmi meluncurkan sampur tari bermotif tumpal Malang.
Karya ini digadang-gadang akan menjadi identitas baru dalam seni tari tradisional Malang, sekaligus simbol perlawanan terhadap hilangnya akar budaya lokal di tengah arus modernisasi.
Peluncuran sampur tumpal dilakukan melalui Pelatihan Membatik bagi Perempuan yang diikuti 50 peserta dari perwakilan kelurahan se-Kecamatan Kedungkandang. Acara digelar di halaman Kantor Kecamatan Kedungkandang dengan menghadirkan mentor batik Yuharsita dari Bengkel Batik Sawojajar dan Fiko dari Hamparan Rintik Dinoyo.
Ketua TP PKK Kecamatan Kedungkandang, Hannie Purwandari, menyebut kegiatan ini sejalan dengan penetapan Kelurahan Sawojajar sebagai rintisan sentra batik oleh Diskoperindag Kota Malang.
“Sentra batik tidak akan berdiri tanpa perajin yang konsisten. Pelatihan ini kami harap bisa memotivasi perajin di tiap kelurahan untuk terus mengembangkan batik Malangan,” ujarnya, Jumat (3/10).
Menurut Hannie, Kedungkandang memiliki potensi besar untuk tumbuh sebagai pusat batik. Di antaranya Batik Buring yang dikenal sebagai produsen batik alami, serta kelompok perajin di Bumiayu dan Arjowinangun, termasuk yang digeluti penyandang disabilitas.
Ketua Asosiasi Perajin Batik Kota Malang, Isa Wahyudi atau Ki Demang, menegaskan bahwa motif tumpal yang diterapkan pada sampur tari memiliki makna mendalam.
“Dalam gerak tari, seblak sampur yang membuang selendang ke kiri dan kanan dimaknai sebagai doa tolak balak. Motif tumpal menguatkan filosofi itu, sebagai simbol perlindungan dan keseimbangan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bila karya ini dipersembahkan khusus bagi seniman dan penari tradisional Malang. “Dengan adanya sampur bermotif tumpal, tari Malang memiliki identitas batik khas yang membedakannya dari daerah lain,” tambahnya.
Tidak berhenti pada peluncuran karya, TP PKK Kedungkandang juga menyiapkan Festival Batik Malang Kedungkandang pada 26 Oktober 2025. Rangkaian acara meliputi launching Sentra Batik Sawojajar, Griya Kriya Batik Topeng Ramah Difabel, hingga motif sampur tari Malang.
Festival akan dimeriahkan dengan lomba fashion show batik, parade batik Kedungkandang, talkshow bersama DPRD, pameran batik, instalasi seni, bazar UMKM, serta pagelaran tari Beskalan massal dengan sampur batik bermotif tumpal.
Sejak UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan pada 2 Oktober 2009, batik semakin mendapat tempat di kancah global. Inovasi yang dilakukan perajin Malang lewat sampur tari bermotif tumpal menegaskan komitmen menjaga tradisi sekaligus memberi ciri khas baru bagi seni pertunjukan daerah.
Dengan langkah ini, Malang tidak hanya memperingati Hari Batik Nasional, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai salah satu kota dengan ekosistem batik yang hidup, berdaya, dan relevan dengan zaman.
Pewarta : *Bahari