Iklan

Lalin Nataru di Malang Dipantau Ketat, Skema Contraflow Baru Diberlakukan Jika Padat

Iklan

SUARAMALANG.COM, Kota Malang – Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang memilih bersikap fleksibel dalam mengatur lalu lintas selama libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Skema contraflow tidak diterapkan secara permanen, melainkan hanya akan diberlakukan jika kondisi kepadatan di lapangan memang membutuhkan.

Kepala Dishub Kota Malang, Widjaja Saleh Putra, menegaskan bahwa seluruh rekayasa lalu lintas selama Nataru bersifat situasional dan menyesuaikan dinamika arus kendaraan.

Iklan

“Rekayasa lalu lintas sifatnya situasional yang disesuaikan pada kebutuhan, kalau pun padat akan dibuat contraflow,” kata Widjaja Saleh Putra, dikutip Sabtu (27/12).

Salah satu jalur yang menjadi perhatian Dishub adalah Jalan Ahmad Yani. Ruas ini menjadi akses kendaraan dari arah Surabaya melalui Tol Karanglo, sekaligus jalur penghubung dari kawasan Universitas Brawijaya menuju Jalan MT Haryono.

Menurut Widjaja, contraflow di Jalan Ahmad Yani sangat mungkin diterapkan, baik dari arah selatan ke utara maupun sebaliknya, tergantung kondisi lalu lintas di lapangan.

Selain jalur utama tersebut, Dishub juga melakukan pemantauan intensif di sejumlah titik penghubung antarwilayah. Salah satunya kawasan Jembatan Kedung Kandang yang menghubungkan Kota Malang dengan Kabupaten Malang.

Widjaja menyebut, kemacetan di kawasan itu mulai berkurang setelah dilakukan pelebaran jalan. Kondisi serupa juga diharapkan terjadi di ruas lain yang sebelumnya kerap menjadi titik padat.

“Mudah-mudahan di Jalan Gatot Subroto juga sudah selesai karena ini juga membantu kelancaran lalu lintas, begitu pula di Jalan Soekarno-Hatta (Soehat),” ujarnya.

Tak hanya mengandalkan rekayasa lalu lintas, Dishub Kota Malang juga menaruh harapan besar pada keberadaan transportasi publik untuk menekan kepadatan kendaraan pribadi saat libur akhir tahun, terutama pada malam pergantian tahun 2026.

Widjaja menilai kehadiran Bus TransJatim dapat membantu mobilisasi wisatawan, khususnya penumpang yang datang melalui Stasiun Malang. Hal itu karena salah satu halte TransJatim berada langsung di dalam area stasiun.

Bus TransJatim diharapkan menjadi alternatif transportasi yang nyaman dan mudah diakses, sehingga bisa mengurangi beban lalu lintas di jalan-jalan utama kota.

Berdasarkan data Dishub Jawa Timur, jumlah penumpang Bus TransJatim sejak diresmikan pada 20 November 2025 telah mencapai 83 ribu orang, dengan tingkat okupansi sekitar 80 persen.

Meski begitu, Widjaja mengakui pemanfaatan transportasi publik baru seperti TransJatim masih membutuhkan waktu dan sosialisasi berkelanjutan agar semakin dikenal masyarakat.

“Adanya TransJatim di depan Stasiun mudah-mudahan membantu, namun yang namanya barang baru apalagi transportasi publik masih perlu disosialisasikan terus,” pungkas Widjaja.

Iklan
Iklan
Iklan