Tekno  

CEO Byju’s Menolak Pemecatan Usai Startup Rp 346 Triliun Dilanda Krisis

Suaramalang – Byju Raveendran, pendiri startup edutech Byju, menolak dipecat. Ia mengaku sah masih menjadi CEO sebuah perusahaan start-up yang nilainya mencapai US$ 22 miliar (Rp 344 triliun).

Saat ditemui karyawannya, Raveendran menyatakan kabar pemecatannya oleh investor merupakan hal yang berlebihan. Pasalnya keputusan pemegang saham tersebut tidak sah karena melanggar hukum setempat di India.

Krisis Teknologi sebelumnya memberitakan penghapusan Raveendran berdasarkan surat investor. Pemegang saham termasuk Prosus Ventures dan Peak XV Ventures menyatakan bahwa investor setuju untuk menyetujui resolusi untuk memperbaiki masalah tata kelola, kepatuhan, pengelolaan keuangan serta penyusunan kembali dewan komisaris yang lama dan penggantian kepemimpinan Byju.

“Jadi begitu [Byju] tidak lagi dikendalikan oleh pendirinya,” kata surat itu.

Raveendran mengklaim surat yang dikeluarkan usai RUPS Luar Biasa itu bermasalah karena rapat tidak memenuhi kuorum dan tidak didukung mayoritas pemegang saham. Dia menilai RUPS luar biasa tersebut digelar tanpa memenuhi prosedur yang diatur undang-undang dan hanya hadir 35 dari 170 pemegang saham Byju dengan total penguasaan saham hanya 45 persen.

Artinya, apapun yang diputuskan dalam rapat tidak ada artinya karena tidak sesuai aturan. Kalaupun ‘penilaian media’ terus berlanjut, saya yakin kebenaran pada akhirnya akan menang, kata Raveendran dalam suratnya kepada karyawan Byju.

Raveendran kini mati-matian mencari suntikan modal segar agar perusahaannya tetap beroperasi. Ia menggelar right issue dengan target dana US$ 200 juta (sekitar Rp 3,15 triliun) untuk melunasi utang dan membiayai biaya operasional.

Untuk menarik investor agar berpartisipasi dalam right issue, menurut sumber TechCrunch, Raveendran menetapkan valuasi Byju pada “hampir nol”. Jika Byju berhasil menghimpun dana sebesar US$ 200 juta, valuasi Byju setelah mendaftarkan investor baru dipatok sebesar US$ 220 juta (Rp 3,46 triliun).

Artinya, valuasi Byju kini hanya tinggal 1 persen dari valuasi puncaknya pada 2022.

Pada hari Senin, Raveendran mengakui kepada pemegang saham bahwa dia dan salah satu pendirinya telah menginvestasikan $1,1 miliar di Byju selama 18 bulan terakhir. Ia meminta investor terus mendukung Byju agar perusahaannya tidak tutup.

“Kami telah melakukan pengorbanan pribadi untuk perusahaan ini. Kami telah menghabiskan hidup kami untuk membangun perusahaan dan sangat percaya pada misinya,” demikian isi surat Raveendran kepada investor, dikutip dari TechCrunch.