SUARAMALANG.COM, Ketapang – Insiden kericuhan yang melibatkan 15 warga negara asing asal China dengan prajurit TNI dan warga sipil terjadi di area tambang emas PT Sultan Rafli Mandiri, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Minggu (14/12/2025).
Peristiwa tersebut diduga dipicu oleh sengketa kepemilikan dan dualisme manajemen PT Sultan Rafli Mandiri.
Dua pihak saling mengklaim sebagai pengelola sah perusahaan tambang emas tersebut.
Manajemen lama PT SRM dipimpin oleh Li Changjin, sementara manajemen baru mengklaim telah mengesahkan susunan direksi melalui rapat umum pemegang saham pada Juli 2025.
Direktur Utama PT SRM versi lama, Li Changjin, membenarkan keberadaan 15 WNA China di lokasi tambang saat insiden terjadi.
Li Changjin menyebut para WNA tersebut merupakan staf teknis yang dipekerjakan secara resmi oleh perusahaan.
Menurut Li Changjin, insiden bermula ketika staf teknis PT SRM berkewarganegaraan China mengoperasikan drone di area izin usaha pertambangan.
“Atas peristiwa tersebut, drone dan telepon seluler milik staf teknis kami sempat disita, sementara rekaman di dalam perangkat dihapus, sebelum akhirnya dikembalikan,” kata Li Changjin.
Ia menambahkan bahwa staf teknisnya merasa ketakutan akibat penyitaan perlengkapan secara tiba-tiba.
“Kami juga tidak mengetahui kepentingan pihak tertentu berada di lokasi tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, PT SRM versi baru menilai aktivitas penerbangan drone dilakukan tanpa izin manajemen yang sah.
Kuasa hukum PT SRM versi baru, Muchamad Fadzri, menyampaikan keprihatinan atas insiden yang berujung kericuhan.
“Yang dilakukan warga negara asing kepada aparat kita sangat kami sesalkan. Kami turut prihatin dan menyampaikan permohonan maaf kepada pimpinan-pimpinan TNI karena gara-gara ulah WNA, aparat negara menjadi korban,” kata Fadzri, Selasa (16/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa perselisihan terjadi akibat komunikasi yang tidak berjalan baik antara kedua belah pihak.
“Karena komunikasi yang tidak berjalan baik, mereka menggunakan bahasa China, kami bahasa Indonesia, terjadi perselisihan. Keamanan internal kami diserang,” paparnya.
Kodam XII/Tanjungpura membenarkan adanya insiden yang melibatkan prajurit TNI dengan 15 WNA China di area PT SRM.
Kepala Penerangan Kodam XII/Tanjungpura Kolonel Inf Yusub Dody Sandra mengatakan bahwa terjadi penyerangan terhadap prajurit TNI saat proses klarifikasi berlangsung.
“Dalam situasi tersebut kemudian terjadi tindakan penyerangan terhadap prajurit kami,” kata Yusub dalam keterangan tertulis yang diterima Selasa (16/12/2025).
Akibat insiden tersebut, satu unit mobil operasional dan satu sepeda motor karyawan PT SRM dilaporkan mengalami kerusakan.
Sementara itu, Kantor Imigrasi Ketapang memastikan telah mengamankan 15 WNA China untuk pemeriksaan keimigrasian.
“Mereka telah dibawa ke Kantor Imigrasi Ketapang,” kata Kepala Seksi TIK Keimigrasian Kantor Imigrasi Ketapang, Ida Bagus Putu Widia Kusuma.
Ia menegaskan bahwa proses pemeriksaan masih terus berlangsung.
“Terkait proses keimigrasian, saat ini masih kami lakukan pemeriksaan. Apakah ada pelanggaran atau tidak, masih dalam pendalaman,” ujarnya.
