SUARAMALANG.COM, Kota Malang – Pergantian kepemimpinan DPD Partai NasDem Kota Malang pada Juli 2025 menyisakan dinamika internal yang bergerak senyap namun berdampak nyata terhadap peta kekuatan politik lokal.
Enam bulan setelah Surat Keputusan kepengurusan baru diterbitkan, arus kekecewaan muncul secara diam-diam dan berujung pada hengkangnya sejumlah kader potensial ke partai politik lain.
Fenomena tersebut tidak ditandai konflik terbuka, namun justru berlangsung tanpa kegaduhan publik yang mencolok.
Salah satu figur sentral yang memilih meninggalkan NasDem adalah mantan Ketua DPD NasDem Kota Malang Abdul Hanan Jalil yang kemudian bergabung dengan Partai Gerindra.
Perpindahan tersebut tidak berdiri sendiri, karena Hanan Jalil disebut membawa rombongan pendukung yang selama ini menjadi bagian penting mesin politik NasDem Kota Malang.
Sedikitnya tiga kader yang juga merupakan calon legislatif Pemilu 2024 dengan raihan suara signifikan di daerah pemilihan Kedungkandang, Klojen, dan Sukun ikut disebut meninggalkan partai.
Arus pergeseran juga melibatkan organisasi sayap perempuan NasDem, Garnita Malahayati, di bawah kepemimpinan Bendahara DPD era Hanan Jalil, Siti Romlah.
Menurut Siti Romlah, kekecewaan tersebut dipicu absennya komunikasi pasca pergantian kepemimpinan di tingkat kota.
“Pak Hanan merasa sangat tidak dihargai. Sejak pergantian ketua di bulan Juli, tidak pernah sekalipun diajak komunikasi atau sekadar silaturahmi. Padahal beliau membesarkan NasDem dari nol di Kota Malang,” ujarnya.
Kondisi itu menjadi titik balik ketika Partai Gerindra mengajak Hanan Jalil untuk bergabung, yang kemudian diresmikan dalam apel akbar konsolidasi pada Jumat (20/12/2025).
Retaknya soliditas internal NasDem Kota Malang juga tercermin dari dinamika di tubuh fraksi DPRD Kota Malang.
Ketua DPD NasDem Kota Malang yang saat ini dijabat Suyadi, disebut menjalankan agenda kepartaian secara terbatas dan terpusat.
Dua anggota DPRD NasDem lainnya, Dito Arief Nurakhmadi dan Dwicky Salsabil Fauza, hanya dilibatkan sebatas undangan kegiatan.
Sebagian besar aktivitas partai belakangan terfokus di Kecamatan Sukun yang merupakan daerah pemilihan Ketua DPD.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap soliditas organisasi dan kesiapan elektoral NasDem menjelang Pemilu 2029.
Menanggapi isu tersebut, Suyadi menegaskan bahwa secara resmi hanya satu kader yang diketahuinya telah berpindah partai.
“Yang saya ketahui dan resmi hanya Pak Hanan. Untuk yang lain saya belum menerima konfirmasi langsung, sehingga saya tidak ingin menduga-duga,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa perpindahan kader merupakan hak politik setiap individu.
“Kalau memang ada yang pindah, itu hak mereka. Setiap orang tentu ingin mendapatkan peluang terbaik dalam berpolitik,” katanya.
Meski mengakui adanya tantangan internal, Suyadi menilai dinamika tersebut justru menjadi momentum penguatan organisasi.
“Khawatir itu pasti ada. Tapi sebagai ketua partai, tugas kami adalah mencari solusi. Saat ini kami sedang menyusun roadmap dan melakukan konsolidasi kepengurusan kota hingga kecamatan. SK sudah keluar, tinggal penguatan struktur,” tegasnya.





















