SUARAMALANG.COM, Kota Malang – Sudah dua pekan sejak Jembatan Sonokembang di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, ambrol akibat hujan deras, namun belum ada tanda-tanda perbaikan meski sebelumnya Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menjanjikan penanganan cepat.
Warga akhirnya berinisiatif memperbaiki jembatan secara swadaya setelah menilai lambannya respons pemerintah, sebagaimana terlihat dalam video yang beredar di media sosial dengan narasi, “Selamat siang, mengabarkan dari Jembatan Sonokembang Pandanwangi. Karena dinas kesuen (kelamaan), warga berinisiatif.”
Padahal, Jembatan Sonokembang merupakan akses vital bagi warga Pandanwangi menuju kawasan Blimbing dan sekitarnya, sekaligus jalur utama bagi kendaraan roda dua maupun empat.
Ambrolnya jembatan terjadi pada Kamis (10/10/2025) sore usai hujan deras mengguyur Kota Malang, menyebabkan fondasi jembatan yang sudah retak sebelumnya roboh dihantam derasnya arus sungai.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang, Dandung Djulharjanto, saat itu mengatakan pihaknya sudah menerima laporan dari kelurahan terkait retakan di pondasi jembatan.
“Jadi sebelumnya memang sudah ada laporan dari kelurahan terkait retaknya pondasi jembatan. Kami sudah melakukan asesmen dan memang perlu dilakukan perbaikan,” ujar Dandung, Jumat (10/10/2025).
Namun, ia menambahkan intensitas hujan yang sangat tinggi membuat debit air meningkat tajam dan mengikis pondasi yang sudah rapuh.
“Debit aliran sungai kencang sehingga mengikis masuk di sela-sela retakan itu, akhirnya roboh,” ungkapnya.
Dandung memastikan saat itu timnya langsung menutup akses jembatan demi keselamatan warga dan melakukan pengurangan beban dengan memotong pagar-pagar besi di atas jembatan.
“Yang kita utamakan keselamatan warga ya. Jadi saya sudah berkoordinasi dengan Dishub untuk melakukan penutupan total supaya masyarakat tidak melintas sementara waktu,” katanya.
Sehari kemudian, Sabtu (11/10/2025), Wali Kota Malang Wahyu Hidayat meninjau langsung lokasi ambrolnya jembatan bersama jajaran DPUPRPKP dan Dinas Perhubungan.
Dalam peninjauannya, Wahyu menjelaskan bahwa penyebab ambrolnya jembatan disebabkan kombinasi curah hujan tinggi, tumpukan sampah dan sedimen yang menghambat aliran air, serta dahan pohon yang menghantam fondasi.
“Fondasi jembatan ini ada dua. Jadi ada yang lama dan baru, yang dibangun pada 1998 untuk pelebaran jalan. Yang ambrol ini adalah fondasi yang baru,” ujarnya.
Sebagai langkah awal, ia menginstruksikan Kadis PUPRPKP untuk melakukan kajian teknis mendalam dan mempercepat perencanaan perbaikan dengan dana dari Belanja Tidak Terduga (BTT).
“Saya sudah instruksikan Kadis PUPRPKP untuk melakukan kajian teknis mendalam serta membuat perencanaan perbaikan secepatnya. Dana perbaikan akan dialokasikan dari Belanja Tidak Terduga (BTT),” bebernya.
Wahyu juga menegaskan penanganan jembatan dilakukan secara serius dan cepat.
“Usia jembatan sebenarnya masih baik, namun karena intensitas air yang sangat deras, kemudian terdapat sedimen dan sampah yang banyak sekali. Kami pastikan penanganan dilakukan secara serius dan cepat,” pungkasnya.
Namun dua pekan setelah kunjungan tersebut, kondisi di lapangan masih belum menunjukkan adanya aktivitas perbaikan.
Pagar jembatan masih terbuka sebagian, dan sejumlah warga tampak memperbaiki bagian yang ambrol dengan alat sederhana.
Inisiatif warga memperbaiki jembatan secara gotong royong kini menjadi simbol kekecewaan atas lambannya birokrasi dalam menangani fasilitas publik yang vital bagi aktivitas masyarakat.
Sementara pemerintah daerah belum memberikan penjelasan terbaru mengenai progres perencanaan teknis maupun waktu pelaksanaan perbaikan permanen.
Warga berharap janji “penanganan cepat” dari Wali Kota tidak berhenti pada kunjungan dan dokumentasi semata, melainkan diwujudkan dalam tindakan nyata agar akses utama mereka segera kembali normal.





















