SUARAMALANG.COM, Bandung Barat – Kasus keracunan massal akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terus meluas hingga Rabu (15/10/2025).
Jumlah korban kini tercatat mencapai 345 orang yang terdiri dari siswa sekolah dasar, menengah, hingga menengah atas di wilayah tersebut.
Berdasarkan hasil penelusuran Kantor Kecamatan Cisarua, paket makanan yang diduga menjadi pemicu keracunan berasal dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panyandaan di Desa Jambudipa.
SPPG tersebut menyalurkan sebanyak 3.649 paket MBG untuk delapan lembaga pendidikan, di antaranya SMPN 1 Cisarua, SMKN 1 Cisarua, MA Bina Insani, MA Ponpes Al Furqon, MTs Ponpes Al Furqon, PAUD Al Muslimin, SDN 1 Garuda, dan SDN 1 Barukai.
Pantauan di Posko Kesehatan SMPN 1 Cisarua menunjukkan korban masih terus berdatangan pada Rabu pagi.
Beberapa di antaranya merupakan siswa SMK dan SD yang mengalami gejala mual, muntah, dan pusing setelah mengonsumsi makanan program MBG sehari sebelumnya.
“Saya mulai terasa pukul 9:00 WIB pagi, tadi kerasa mualnya, langsung muntah. Diantar kesini sama orangtua,” ujar Hanna Nabilah, siswa SMKN 1 Cisarua, saat ditemui di Posko SMPN 1 Cisarua, Rabu (15/10/2025).
Koordinator Posko SMPN 1 Cisarua, Aep Kunaefi, menjelaskan bahwa hingga siang hari total korban yang terdata mencapai 345 orang, dengan 285 di antaranya telah pulih dan 60 lainnya masih dirawat secara intensif.
“Total keseluruhan dari kemarin ada 345 siswa. Dari jumlah itu, 285 siswa sudah kembali pulih, sementara sisanya masih dirawat,” kata Aep.
Menurut Aep, korban yang masih dirawat tersebar di Posko SMPN 1 Cisarua, RSUD Lembang, RS Advent, RS Cibabat, serta RS Dustira Cimahi.
Ia memastikan pihak sekolah bersama tim medis akan terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Bandung Barat agar seluruh korban mendapatkan penanganan optimal.
“Kami akan terus memantau dan memastikan semua korban mendapatkan perawatan yang optimal sampai kondisi mereka benar-benar pulih,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Bandung Barat Jeje Richie Ismail menegaskan bahwa hingga kini pemerintah belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB).
“Saat ini saya belum menetapkan status KLB. Karena pemulihan di sini lebih cepat dibandingkan kejadian di Cipongkor. Yang pasti fokus kami ke penanganan pasien,” ujar Jeje Richie Ismail, Selasa malam (14/10/2025).
Hingga kini penyebab pasti keracunan masih dalam penyelidikan, dengan sampel makanan telah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat untuk diuji lebih lanjut.
Meski tingkat pemulihan dinilai cepat, perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme distribusi dan pengawasan pangan program MBG agar kejadian serupa tidak terulang.
Keterbukaan informasi dan penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyediaan makanan bergizi bagi siswa menjadi kunci untuk menjamin keamanan dan keberlanjutan program sosial tersebut.