Tekno  

Krisis Manufaktur China: Dampak Perang Dagang dan Relokasi Pabrik ke AS

Suaramalang – Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Tiongkok terus mengalami tekanan selama beberapa tahun terakhir. Kebijakan Amerika Serikat yang memindahkan pabriknya dari China disebut-sebut menjadi penyebabnya.

“Untuk manufaktur China kembali di bawah 50 artinya sudah terkontraksi,” kata David Sumual dalam diskusi di Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Jumat (23/2/2024).

David mengatakan, pada saat yang sama, sektor manufaktur di beberapa negara lain seperti Meksiko, Vietnam, dan Thailand justru meningkat. Ia menduga hal itu terjadi karena Amerika Serikat mulai memindahkan pabriknya dari China ke negara-negara tersebut.

“Sepertinya banyak perusahaan yang pindah dan permintaan Amerika terhadap negara tersebut semakin meningkat,” ujarnya.

Dia mengatakan, langkah AS memindahkan pabriknya dari China juga terlihat dari data impor AS. Menurutnya, sejak 10 tahun terakhir impor barang dari China ke AS menurun drastis hingga hanya 15%.

“Biasanya 40% produk mereka (AS) diimpor dari China,” ujarnya.

David mengatakan, impor Amerika kini beralih ke negara lain, seperti Vietnam, Meksiko, dan beberapa negara Eropa Timur. “Jadi sepertinya situasi geopolitik juga mempengaruhi arah perdagangan internasional,” ujarnya.

David mengatakan, masa depan hubungan Tiongkok dan AS diprediksi akan semakin buruk. Sebab, semakin dekat pemilu AS, peluang Donald Trump untuk terpilih kembali menjadi presiden semakin besar. Jika Trump terpilih, impor produk China ke AS dipastikan akan berkurang.

“Pada kampanye saat ini, Trump berjanji akan mengenakan tarif hingga 60% pada produk Tiongkok,” ujarnya.

Exit mobile version