SUARAMALANG.COM, Kota Malang – Kunjungan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia ke Kota Malang pada Rabu (29/10/2025) menghadirkan dua peristiwa dengan warna yang sangat berbeda. Di satu sisi, ia datang untuk menindaklanjuti laporan publik terkait dugaan penurunan kualitas Pertalite. Namun di sisi lain, kehadirannya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) justru memantik aksi demonstrasi besar-besaran dari mahasiswa.
Bahlil tiba di Malang di tengah maraknya keluhan pengguna kendaraan bermotor yang melaporkan mesin mereka mendadak brebet setelah mengisi bahan bakar jenis Pertalite. Ia menegaskan, pemerintah langsung turun tangan untuk melakukan investigasi menyeluruh demi memastikan penyebab gangguan tersebut.
“Begitu saya mendarat, langsung saya panggil Pertamina Patra Niaga, BPH Migas, dan Lemigas untuk menerima laporan langsung dari mereka,” ujar Bahlil usai menghadiri Tanwir XXXIII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kampus UMM.
Ia menjelaskan, saat ini tim gabungan dari Ditjen Migas, BPH Migas, Lemigas, dan Pertamina Patra Niaga telah diterjunkan ke lapangan, termasuk di wilayah Malang, untuk menelusuri laporan masyarakat dan mengambil sampel BBM dari sejumlah SPBU.
“Ada tim khusus yang sedang bekerja. Karena distribusi solar dan Pertalite di SPBU itu berada di bawah Pertamina Patra Niaga,” jelasnya.
Bahlil menegaskan bahwa pemerintah tidak akan ragu menjatuhkan sanksi tegas jika terbukti ada pelanggaran dalam proses distribusi maupun kualitas bahan bakar.
“Kalau kemudian ditemukan ada pelanggaran yang dilakukan oleh Pertamina, maka pemerintah akan memberikan sanksi tegas,” tegasnya.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa proses penyelidikan masih berjalan dan pemerintah menunggu hasil laboratorium dari Lemigas untuk memastikan ada atau tidaknya penurunan mutu bahan bakar.
“Semuanya masih dalam proses. Kita harus cek kebenarannya dan kualitas minyaknya. Kita tunggu hasil dari apa yang dilakukan oleh Lemigas,” katanya.
Bahlil menargetkan hasil awal investigasi bisa diketahui dalam satu hingga dua hari ke depan.
“Paling lama saya butuh waktu satu sampai dua hari. Besok saya akan memimpin rapat langsung di Jakarta,” ujarnya.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan adanya sabotase, Bahlil menolak berspekulasi.
“Kita belum bisa mengandai-andai. Kita lihat nanti apa yang ditemukan oleh tim. Saya belum bisa menyimpulkan apakah benar atau tidak benar, kita tunggu hasilnya,” tuturnya.
Di tengah kesibukan investigasi tersebut, suasana berbeda justru terjadi di lokasi tempat Bahlil menghadiri acara Tanwir IMM di Gedung Dome UMM.
Ratusan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) UMM menggelar aksi protes menolak kebijakan kampus yang mewajibkan mahasiswa hadir dalam acara Tanwir ke-33 IMM, yang turut dihadiri Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Desa dan PDT Yandri Susanto, serta Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Dalam siaran persnya, HMI Koordinator Komisariat UMM menilai kebijakan tersebut telah melanggar prinsip kebebasan akademik dan menolak pemaksaan ideologis yang dilakukan melalui kewajiban menghadiri acara kampus.
Mereka juga menyoroti ancaman sanksi bagi mahasiswa yang absen dalam acara Tanwir IMM, termasuk larangan mengambil ijazah karena tidak memiliki sertifikat kehadiran yang menjadi syarat SKPI (Surat Keterangan Pengambilan Ijazah).
“ Saya terpaksa datang meski ada perkuliahan menjelang UTS karena ancaman SKPI,” kata Salsa, salah seorang mahasiswi UMM.
Ketegangan di area kampus sempat meningkat sebelum akhirnya Wakil Rektor 2 Bidang Umum dan Keuangan, Ahmad Juanda, turun langsung menemui para pendemo dan memberikan penjelasan.
Kunjungan Bahlil di Malang pun berakhir dengan dua wajah yang kontras. Satu diisi upaya pemerintah menelusuri kebenaran laporan terkait mutu bahan bakar, sementara sisi lainnya diwarnai gelombang aspirasi mahasiswa yang menuntut ruang kebebasan akademik di kampusnya.





















