Tekno  

Menguak Fenomena Squall Line: Benarkah Penyebab Utama Banjir Semarang?

Suaramalang – Semarang dilanda banjir sejak Rabu (13/3/2024) setelah hujan deras turun seharian.

Menurut Ahli Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin mengatakan, banjir ini disebabkan oleh fenomena garis air hujan.

Dalam akun Twitternya, Erna menyebut, hujan lebat di Semarang tak lepas dari bibit angin topan 18S yang bergerak lambat. Karena bergerak lambat, bibit siklon ini memicu terbentuknya banyak garis badai.

“Sejak awal (11 Maret) prakiraan berdasarkan model mesoscale yang kami kembangkan, pusaran (091S) yang menjadi bibit siklon 18S akan cenderung bergerak lambat dengan orientasi dari barat ke timur. tekanan rendah di bagian timur yang kini menjadi dua pusaran (vorteks),” kata Erma di akun Twitternya @EYulihastin, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (15/3/2024).

Pergerakan yang lambat dan tidak segera bergerak menuju Australia inilah yang memicu meluasnya hujan lebat dan terbentuknya badai garis yang meluas sehingga memicu hujan terus menerus selama beberapa hari, bahkan intensitas hujannya bisa ekstrim disertai angin kencang. ditambahkan.

Jadi, apa itu garis squall?

Menurut situs National Weather Service (NWS) yang merupakan BMKG Amerika Serikat, garis squall merupakan kumpulan badai yang tersusun dalam satu garis. Fenomena ini seringkali disertai dengan badai angin kencang dan hujan lebat.

Garis badai cenderung berlalu dengan cepat dan panjangnya bisa ratusan mil tetapi biasanya lebarnya hanya 10 atau 20 mil.

“Kadang-kadang badai petir akan terbentuk dalam garis-garis yang dapat meluas ke samping hingga ratusan mil. ‘Garis-garis badai’ ini dapat bertahan selama berjam-jam dan menghasilkan angin dan hujan es yang merusak,” menurut pernyataan NWS.

Arus ke atas yang dihasilkan terus terbentuk kembali menjelang sistem badai. Hujan dan hujan es tidak jarang terjadi setelahnya. Arus naik dan turun di sepanjang garis badai ini bisa sangat kuat.

Meskipun bagian depan garis badai terkadang membentuk tornado, hal ini dapat menimbulkan kerusakan akibat angin “garis lurus”, karena kekuatan aliran udara ke bawah menyebar secara horizontal saat mencapai permukaan bumi.