SUARAMALANG.COM, Yogyakarta – Kasus dugaan keracunan makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali mencuat di Kota Yogyakarta setelah ratusan siswa SMAN 1 Yogyakarta mengalami gejala sakit perut dan diare usai menyantap hidangan sekolah pada Rabu (15/10/2025).
Kepala SMAN 1 Yogyakarta, Ngadiya, menyebutkan sebanyak 426 siswa terindikasi mengalami gejala keracunan dari total 972 siswa yang terdaftar.
“ Ada yang diare dua kali, tiga kali tapi ada juga yang sakit perut saja. Sakit perut melilit,” kata Ngadiya kepada wartawan di SMAN 1 Yogyakarta, Kamis (16/10/2025).
Ia menjelaskan laporan pertama masuk pada Kamis dini hari, ketika sejumlah siswa mulai mengeluhkan kondisi perut yang tidak nyaman.
Menurutnya, dugaan kuat mengarah pada menu ayam bacem yang disajikan dalam paket makan MBG hari itu bersama nasi, sayur, salad, dan pisang.
“Tadi dari SPPG mengakui kemungkinan memang ada keracunan dari MBG-nya, yaitu dari (menu) ayamnya,” ungkapnya.
Dugaan tersebut diperkuat dengan pengakuan pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wirobrajan sebagai penyedia makanan, yang menyebut proses pengolahan ayam dilakukan terlalu dini sehingga kualitasnya menurun ketika disajikan pada pukul 11.45 WIB.
Meski begitu, pihak sekolah memastikan tidak ada korban dengan kondisi berat atau yang harus dirawat di rumah sakit.
“Tidak ada yang sampai dirujuk ke rumah sakit. Sebagian hanya istirahat di rumah dan sudah mendapatkan obat dari puskesmas atau UKS,” lanjut Ngadiya.
Insiden ini menjadi kasus pertama sejak program MBG diterapkan di SMAN 1 Yogyakarta pada Agustus 2025.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, memerintahkan penghentian sementara operasional SPPG Wirobrajan mulai Jumat (17/10/2025) sambil menunggu hasil uji laboratorium.
“Gejala muncul sekitar pukul 01.00 WIB, Kamis (15/10/2025), atau sekitar 12–13 jam setelah makan,” ujar Hasto saat meninjau langsung SMAN 1 Yogyakarta.
Ia menjelaskan bahwa jeda waktu tersebut mengindikasikan penyebab keracunan bersifat bacterial, bukan toxic non-bacterial.
“Sisa sampel makanan sudah dikirim untuk dikultur terhadap bakteri. Hasilnya diperkirakan keluar sekitar dua minggu,” katanya.
Hasto menegaskan bahwa penghentian operasional sementara merupakan bagian dari protap evaluasi keamanan pangan.
“Itu bagian dari protap. Setelah hasil evaluasi keluar, baru dilakukan asesmen ulang,” ujarnya.
Pemerintah Kota Yogyakarta juga memastikan seluruh biaya pengobatan siswa terdampak ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
SPPG Wirobrajan diketahui melayani program MBG untuk 3.444 siswa dari sembilan sekolah, namun laporan keracunan hanya terjadi di SMAN 1 Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
Kejadian ini menjadi peringatan serius bagi pelaksana program MBG untuk memperketat pengawasan distribusi dan waktu pengolahan makanan demi menjamin keamanan konsumsi bagi peserta didik.