SUARAMALANG.COM, Malang — Sekolah Sabilillah Malang terus menjadi pelopor pendidikan berbasis teknologi dengan menerapkan Interactive Flat Panel (IFP) atau smart board di seluruh ruang kelas mulai dari jenjang SD hingga SMA sejak tahun 2022.
Smart board tersebut menjadi pengganti papan tulis konvensional, melengkapi transformasi pembelajaran digital yang telah dimulai sekolah itu jauh sebelum pandemi Covid-19.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan Humas SMP Sabilillah Malang, Awwat Warta, S.Pd., menjelaskan bahwa sistem digital telah lama menjadi bagian dari metode belajar di sekolah tersebut.
“Sebelum pandemi, sudah ada beberapa kelas yang menerapkan pembelajaran digital meskipun belum penuh menggunakan laptop,” kata Awwat di Malang, Senin (13/10/2025).
Ia menambahkan, sejak pandemi, penggunaan laptop menjadi kewajiban bagi setiap siswa sebagai platform utama belajar.
“Setelah pandemi, laptop menjadi wajib dibawa sebagai platform belajar utama,” ujarnya.
Melalui sistem e-learning dan Microsoft 365, SMP Sabilillah telah meninggalkan buku dan modul cetak untuk beralih sepenuhnya ke materi digital.
“Kami sudah paperless, tidak ada pencetakan modul. Semua tugas, ujian, dan materi tersedia dalam platform digital,” lanjut Awwat.
Langkah digitalisasi ini terus dikembangkan dengan mengimplementasikan smart board sebagai media interaktif utama di kelas sejak 2022.
Pada saat itu, harga satu unit IFP mencapai Rp95 juta, dan setahun kemudian seluruh kelas di SMP telah dilengkapi perangkat tersebut.
“Saat ini ada 18 IFP untuk seluruh kelas. Tahun ini sudah lengkap, semua jenjang menggunakan IFP,” tutur Awwat.
Menurutnya, kehadiran smart board menjadikan proses belajar lebih interaktif dan efisien.
Siswa dapat langsung mengerjakan tugas di layar, mengakses materi dari rumah, hingga mengikuti pembelajaran jarak jauh dari luar kota atau luar negeri.
“Begitu pelajaran selesai, nilai siswa bisa langsung muncul di sistem. Tidak perlu menunggu koreksi manual,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa di awal penerapan, beberapa guru sempat kesulitan menyesuaikan diri dengan sistem digital.
Namun, pelatihan intensif melalui “Pusat Sobat Belajar” membantu para guru menghadapi kendala teknis.
“Kami punya Pusat Sobat Belajar, tim khusus yang membantu guru saat menghadapi kendala teknis,” katanya.
Tak hanya bagi guru, teknologi digital ini juga memacu kreativitas siswa dalam proses belajar.
“Siswa tidak perlu lagi mencatat manual karena catatan guru otomatis tersimpan di akun masing-masing dan bisa diakses dari rumah,” ujar Awwat.
Charissa Aurelia Putri, siswi kelas 7 SMP Sabilillah Malang, mengaku awalnya sempat kaget dengan sistem digital di sekolahnya.
“Awal masuk sini agak kaget. Karena saya dari SD negeri lalu SMP di Sabilillah yang belajar pakai IFP,” kata Charissa.
Meski awalnya sulit, kini ia merasa sistem tersebut jauh lebih praktis dan efektif.
“Tapi lama-kelamaan kok malah lebih enak pakai IFP ini,” ujarnya.
“Ya sekarang lebih enak. Kalau ada yang salah itu gak perlu dihapus, tinggal digeser saja. Lalu materi dari guru sudah ada. Jadi lebih mudah,” tandasnya.