SUARAMALANG.COM, Kabupaten Malang – Tim pengabdian masyarakat Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (UB) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa dengan diketuai oleh Susenohaji fokus mengembangkan potensi di Desa Pajaran dan Desa Argosuko, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang sebagai upaya untuk mendukung program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025.
Ketua tim pengabdian masyarakat Fakultas Vokasi UB Susenohaji menyampaikan, pengabdian kepada masyarakat ini berlangsung selama dua hari dengan memanfaatkan masing-masing potensi dari dua desa tersebut.
Pada Sabtu (12/7/2025) di Desa Pajaran dengan melakukan pengembangan sistem digitalisasi hewan untuk edukasi kepada masyarakat berbasis potensi lokal, serta pada Minggu (13/7/2025) di Desa Argosuko dengan melakukan pelatihan olahan es krim dari buah blimbing bangkok merah dan jambu biji merah dengan terbungkus cokelat. Di mana blimbing bangkok merah dan jambu biji merah merupakan produk unggulan dari Desa Argosuko.
Akademisi UB yang akrab disapa Aji itu menjelaskan, untuk di Desa Pajaran memiliki potensi hewan ternak seperti sapi dan kambing yang merupakan aset penting bagi masyarakat Desa Pajaran. “Namun, aset desa ini belum menjadi obyek wisata dan edukasi bagi warga sendiri. Maka, tim dosen bersama mahasiswa MMD melakukan digitalisasi konten hewan sapi dan kambing sebagai media edukasi masyarakat yang atraktif, fun, mudah dan murah, serta menarik,” ujarnya, Senin (14/7/2025).
Pihaknya menyampaikan, berbagai informasi edukasi akan disajikan melalui konten digital. Mulai dari identitas hewan, taksonomi, sejarah sapi dan kambing masuk Desa Pajaran, ciri fisik dan anatomi hewan, morfologi serta manfaat sapi dan kambing. Nantinya untuk informasi edukasi ini disajikan secara digital dengan memadukan berbagai media yaitu teks, audio, video dan gambar serta tambahan animasi.
“Sehingga, masyarakat senang melakukan akses QR Code berkali-kali untuk belajar tentang hewan,” katanya.
Aji menjelaskan, QR Code hewan sapi dan kambing ini akan dipasang di beberapa lokasi. Yakni di kandang hewan komunal milik kelompok peternak dan Kantor Desa Pajaran. Pemasangan di kandang hewan bertujuan agar masyarakat, khususnya anak-anak, senang berkunjung ke kandang untuk melihat aktivitas peternakan dan sekaligus menjaga hewan peliharaan.
“Anak-anak menjadi sering mengunjungi hewan ternak, sehingga menimbulkan rasa memiliki dan sayang dengan hewan peliharaan,” tuturnya.
Sedangkan, pemasangan QR Code hewan sapi dan kambing di Kantor Desa Pajaran bertujuan untuk memberikan kemudahan akses bagi pengunjung desa lain yang melintas di jalan raya desa. Sehingga menjadi media promosi edukasi bagi masyarakat desa lain. Hal ini penting untuk memberikan akses yang luas bagi masyarakat seluruh desa.
“Pembuatan media edukasi ini sangat penting agar warga tetap mengingat sejarah orang-orang desa yang berjasa dalam membangun peternakan sapi dan kambing berbasis masyarakat, serta menghargai kekayaan desa yang sangat penting dengan mempelajari dan menggali informasi edukasi sapi dan kambing,” jelasnya.
Ke depan, dengan penerapan siste digitalisasi hewan ternak sapi dan kambing, masyarakat akan menjadikan ternak sapi dan kambing bukan saja sebagai sumber ekonomi, tetapi juga kearifan lokal desa yang dijaga.
“Selain itu juga bisa menjadi cerita legenda yang edukatif dan unik serta memberikan kebangaan bagi masyarakat dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Desa Pajaran akan menjadi ekosisten ternak sapi dan kambing yang unggul di Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk di Desa Argosuko, tim pengabdian masyarakat Fakultas Vokasi UB mengembangkan produk unggulam yang ada di desa tersebut, yakni blimbing bangkok merah dan jambu biji merah.
“Buah-buahan ini selama ini dijual mentah ke pedagang tengkulak yang datang ke desa langsung, sehingga harganya relatif murah. Buah-buahan afkir yang tidak dibeli banyak yang dimakan sendiri atau dibuang. Hal ini sangat disayangkan oleh tim dosen Universitas Brawijaya,” ujarnya.
Merespons kondisi tersebut, tim pengabdian masyarakat Fakultas Vokasi UB melakukan serangkaian riset dan koordinasi untuk membangun kewirausahaan desa melalui peningkatan nilai tambah buah lokal melalui kegiatan olahan pangan.
“Sebenarnya, sudah banyak perguruan tinggi yang melakukan pelatihan olahan pangan, akan tetapi sulit diterapkan oleh masyarakat karena selain sulit, investasi alat prosuksi yang mahal dan penjualan sulit karena pasarnya susah,” tuturnya.
Maka dari itu, tim pengabdian masyarakat Fakultas Vokasi UB memutuskan mulai membangun road map atau peta jalan pengembangan kewirausahaan desa yang dimulai dengan pelatihan pembuatan olahan pangan debgan basis buah-buahan lokal yang mudah, biaya murah dan pasar tersedia melimpah.
Pelatihan diawali dengan pembuatan es krim lilin berbalut cokelat dan jellyjus buah blimbing bangkok merah dan jambu biji merah. Aji mengatakan, produk ini dipilih karena bahan baku murah karena berasal dari afkir buah, cara membuat mudah dan biaya produksi murah.
“Biaya produksi hanya Rp 1.000 per biji, harga jual terjangkau anak-anak yaitu Rp 1.500 dan pasarnya sangat luas karena anak-anak SD dan SMP, produknya awet dan bisa diletakkan di freezer kembali dan tidak membutuhkan sistem pemasaran yang sulit,” bebernya.
Acara pelatihan ini berlangsung selama lima jam yang diikuti oleh 15 ibu rumah tangga dan sebagian sudah memiliki bibit wirausaha, yaitu membuka toko kelontong. Aji menyampailan, pelatihan berlangsung seru dan interaktif, karena semangat yang besar dari peserta.
“Kegiatan ini juga diberikan hibah peralatan pembuatan es dan jellyjus yaitu panci perebus, panci penyaring, panci pengisi, saringan stainless steel, blender buah, timbangan kue, sealer plastik, gelas ukur plastik, pengaduk kayu, pengemas es lilin, dan pengemas cup jelly drink,” katanya.
Selain itu, juga dihibahkan bahan-bahan pembuat es dan jellyjus antara lain karagenan, maizena, asam sitrat, natrium benzoat, pengering, santan dan susu kental manis.
“UB berjanji, jika pelatihan ini berhasil ditindaklanjuti oleh ibu-ibu peserta, maka yang berhasil akan dipilih untuk diajukan pelatihan lebih lanjut untuk produk-produk olahan buah lain secara bertahap sampai menjadi pengusaha desa yang tangguh,” ujarnya.
“Melalui pelatihan ini diharapkan menjadi strategi dasar desa didampingi UB untuk membangun sistem kewirausahaan desa yang sistematis, komprehensif, tangguh dan massif bagi msyarakat,” imbuhnya.
Sementara itu, ketua pelaksana pelatihan Fitriana Rakhma Dhanias menyampaikan, pelatihan ini selain untuk menggali semangat wirausaha desa masyarakat, juga untuk meningkatkan nilai tambah buah-buahan lokal khas desa yang afkir agar memiliki nilai ekonomis.
“Pelatihan akan dilakukan secara bertahap bagi yang sukses berusaha dan akan didampingi terus dengan produk-produk olahan pangan lainnya sampai sukses menjadi pengusaha sukses,” ujar perempuan yang akrab disapa Denok.
Selain itu, mewakili Kepal Desa Argosuko yakni Suparman menyampaikan, sebenarnya pelatihan seperti ini sudah dimulai tahun 2017 dengan pelatihan pembuatan minuman sari blimbing dan sari jambu yang dibina oleh dinas pertanian lewat program FMA.
“Akan tetapi, pelatihan dari Universitas Brawijaya ini memiliki daya tarik luar biasa bagi masyarakat, karena produk yang dibuat sangat mudah dan murah, serta pasarnya luas, sehingga mudah untuk dijual dan berkembang,” tuturnya.
Selain itu, proses pelatihan ini dilakukan bertahap, mulai yang mudah, murah dan pasarnya yang luas. Selanjutnya, jika berhasil dari pelatihan ini para peserta berhasil, maka akan dilakukan tambahan pelatihan produk lain untuk diversifikasi produk olahan.
“Proses sistematis ini sangat menjanjikan bagi pengembangan wirausaha desa yang menjadi program prioritas Pemerintah Desa Argosuko dalam membagun kekuatan ekonomi desa bagi kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Pewarta : M.Nur