Iklan

Tragedi Timothy Udayana, Rektor Unud Bertindak Tegas, 6 Mahasiswa Nir-empati Terancam Nilai D

Iklan

SUARAMALANG.COM, Denpasar – Kasus kematian mahasiswa Universitas Udayana (Unud) bernama Timothy Anugerah Saputra mengguncang dunia pendidikan tinggi di Bali. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) itu ditemukan meninggal pada Rabu (15/10/2025) setelah melompat dari lantai dua gedung FISIP Unud, memunculkan dugaan kuat adanya perundungan di lingkungan kampus.

Peristiwa tragis ini memicu gelombang duka dan kemarahan publik setelah beredar tangkapan layar percakapan grup WhatsApp yang berisi komentar nir-empati dari sejumlah mahasiswa terhadap kematian Timothy. Dalam percakapan itu, seorang anggota menulis, “Nanggung banget kok bunuh diri dari lantai 2 yak,” lalu dibalas dengan kata “Asli.” Ucapan lain yang dianggap menyinggung berbunyi, “Cargo sekarang mahal, baru dia main gila,” serta, “Baru peti harga udah jutaan apalagi cargo pesawat sekitar 30 juta lenyap.”

Iklan

Pihak Universitas Udayana membenarkan keaslian tangkapan layar tersebut dan menyatakan bahwa percakapan itu dilakukan oleh mahasiswa Unud sendiri. Meski demikian, kampus menegaskan percakapan tersebut tidak terkait langsung dengan penyebab kematian Timothy. “Ucapan nir-empati yang beredar di media sosial tidak berkaitan atau menjadi penyebab almarhum menjatuhkan diri dari lantai atas gedung FISIP,” demikian pernyataan resmi Unud melalui akun @univ.udayana.

Kampus menugaskan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (Satgas PPK) untuk mendalami keterlibatan mahasiswa dalam percakapan itu. “Universitas Udayana mengecam keras segala bentuk ucapan, komentar, atau tindakan nir-empati, perundungan, kekerasan verbal, maupun tindakan tidak empati, baik di dunia nyata maupun di ruang digital,” lanjut pernyataan tersebut.

Sebagai tindak lanjut, Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (Himapol) FISIP Unud mencopot empat pengurusnya yang diduga terlibat dalam percakapan tersebut. Mereka adalah Vito Simanungkalit, Muhammad Riyadh Alvitto Satriyaji Pratama, Maria Victoria Viyata Mayos, dan Anak Agung Ngurah Nanda Budiadnyana. Selain itu, dua mahasiswa dari Fakultas Kelautan dan Perikanan juga dipecat, yakni Jonathan Handika Putra dan Putu Ryan Abel Perdana Tirta.

Ketua BEM Unud, I Wayan Arma Surya Darmaputra, memastikan pihaknya mengawal proses hukum dan etik terhadap para pelaku. “Kami dari BEM Udayana sedang mengawal kasus ini sampai nanti ada putusan resmi dari pihak rektor Universitas Udayana,” ujarnya kepada Tempo pada Sabtu (18/10/2025).

Rektor Unud, I Ketut Sudarsana, menyatakan duka mendalam atas meninggalnya Timothy. “Universitas Udayana merasa kesedihan mendalam bersama keluarga dan seluruh sivitas akademika,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa kampus harus menjadi ruang aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan.

Kasus ini mendapat perhatian serius dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) yang turut menyampaikan belasungkawa. “Kepergian Timothy adalah duka mendalam bagi dunia pendidikan tinggi Indonesia, sebuah kehilangan yang tidak seharusnya terjadi,” demikian pernyataan resmi yang diunggah di akun @ditjen_dikti.

Kemendiktisaintek mengingatkan bahwa tidak ada ruang bagi bullying di kampus, sebagaimana diatur dalam Permendikbudristek Nomor 55 Tahun 2024 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi. “Kampus harus menjadi ruang aman bagi setiap mahasiswa untuk belajar, bertumbuh, dan saling menghargai,” lanjut pernyataan itu.

Sebagai langkah konkret, FISIP Unud merekomendasikan sanksi akademik berat bagi enam mahasiswa yang terbukti terlibat dalam percakapan nir-empati, berupa nilai D untuk seluruh mata kuliah semester ini. Ketua Unit Komunikasi Publik Unud, Ni Nyoman Dewi Pascarani, mengatakan, “Satgas PPK kini mengambil alih kasus ini dan hasil penyelidikan akan diumumkan setelah pemeriksaan tuntas.”

Sementara itu, para mahasiswa yang terlibat telah membuat video permintaan maaf dan menyatakan penyesalan mendalam. “Saya sangat menyesal atas tindakan saya yang tidak pantas terhadap almarhum Kak Timothy. Saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada keluarga, kerabat, dan pihak yang kecewa atas tindakan saya,” ujar Maria Victoria Viyata Mayos.

Kasus kematian Timothy menjadi alarm keras bagi dunia pendidikan tinggi tentang pentingnya empati, etika digital, dan tanggung jawab moral sivitas akademika. Tragedi ini mengingatkan bahwa kampus bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat membentuk karakter dan kemanusiaan.

Iklan
Iklan
Iklan