Iklan

Kuliah Pakar UMM, Bongkar Realitas Sosial Melalui Lensa Film Indonesia

Iklan

SUARAMALANG.COM, Malang- Program Magister Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan kuliah pakar bertajuk “Sosiologi Masyarakat di dalam Karya-Karya Film Indonesia”.

Acara yang diikuti 50 peserta melalui platform Zoom ini menghadirkan dialog produktif antara akademisi Rachmad K. Dwi Susilo dan praktisi film Dirmawan Hatta.

Iklan

Rachmad K. Dwi Susilo membuka diskusi dengan menyatakan, “Film bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah medium yang mampu menciptakan kedekatan emosional dan menghanyutkan penonton ke dalam arus moral cerita.”

Ia menambahkan, dalam masyarakat postmodern, film justru menjadi alat yang efektif untuk menggambarkan perubahan sosial.

Sementara itu, Dirmawan Hatta sebagai praktisi berbagi pengalaman, dengan memilih mode produksi yang berbeda dari arus utama, lebih sensitif dalam menangkap realitas sosial.

Menurutnya, kekuatan film terletak pada kemampuannya memvisualisasikan fenomena sosial yang kompleks menjadi lebih mudah dipahami.

Dalam Kuliah yang didesain diskusi dan berlangsung selama dua jam ini, mahasiswa Magister Sosiologi UMM turut menyumbang perspektif segar. Izza Amalia menekankan bahwa ” peran film sebagai agen sosialisasi telah membentuk persepsi dan mempengaruhi alam bawah sadar penonton. Maka perilaku yang melanggar norma bisa dipengaruhi oleh film yang kita tonton”. Di sini ia mengkuatiran dampak negatif dari film.

Sementara itu Fahmi Huda mengkritik cara film Indonesia membingkai strata sosial, dimana orang kaya selalu digambarkan hidup lebih nyaman, serta fenomena hiperrealitas dalam film horor Indonesia yang selalu dikaitkan dengan simbol-simbol Islam.”

Menanggapi hal tersebut, Hatta mengungkapkan, “Produser memproduksi film horor, film dengan muatan sensual, atau tema keislaman… ini lebih didorong pertimbangan komersial daripada idealisme.

“Transaksi antara pembuat film layaknya orang jual beli. Namun ia mengajak refleksi bersama, “Apakah adil jika kita hanya menyalahkan produser, sementara penontonlah yang membeli dan mengamini produk-produk tersebut, ” katanya

Di tengah hiruk-pikuk diskusi, Fahmi Huda memberikan kesimpulan kritis untuk menarik benang merah dari beberapa pembahasan: “Ini adalah fenomena saling berkaitan… pada akhirnya semua industri, komersial, dan hiperrealitas menjadi bagian daya tarik pertunjukan itu sendiri, termasuk didalamnya film.”

Meski paparan Hatta telah berakhir, antusiasme peserta terus berlanjut melalui berbagai pertanyaan mendalam.

Kuliah pakar ini tidak hanya memperkaya pemahaman tentang sosiologi film, tetapi membuka ruang dialog antara teori akademis dan praktik kreatif, sekaligus membuktikan komitmen Program Magister Sosiologi UMM dalam menghadirkan pendekatan kontekstual untuk memahami realitas sosial Indonesia.

Rachmad menyatakan bila kuliah pakar sama bobotnya dengan kuliah di dalam kelas, sehingga mahasiswa yang aktif wajib mengikuti kuliah ini.

Pasalnya, diskusi soal isu-isu sosiologis kontemporer secara mendalam dan asyik dibicarakan pada kuliah pakar yang diselenggarakan rutin ini.

Pewarta: *Dwi Susilo

Iklan
Iklan
Iklan