UB Luncurkan Sadewa Desa, Sanankerto dan Gubugklakah Jadi Pilot Project Digitalisasi Aset Wisata Desa

SUARAMALANG.COM, Kabupaten Malang – Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (UB) meluncurkan sebuah aplikasi yang bernama Sistem Digitalisasi Aset Wisata Desa (Sadewa Desa) dengan menjadikan Desa Wisata Sanankerto, Turen dan Desa Wisata Gubugklakah, Poncokusumo, Kabupaten Malang sebagai pilot project untuk digitalisasi aset wisata desa.

Ketua Tim Inovasi Sadewa Desa dari Fakultas Vokasi UB Susenohaji menyampaikan, inovasi sistem digital pariwisata ini didasari oleh motivasi untuk menjadikan setiap aset-aset desa sebagai obyek/spot wisata untuk edukasi, rekreasi dan konservasi yang dikemas melalui konten digital, animasi, sistem tracking dan sistem interaksi. Sehingga mampu menjadi sumber ekonomi kreatif baru di desa.

Pria yang biasa disapa Aji itu menginginkan, teknologi Sadewa Desa ini dapat menjadi siatem transformasi baru yang berbasis pada kekayaan atau aset desa. Melalui Sadewa Desa, setiap aset desa yang berupa sumber daya alam, budaya, seni, tradisi, dolanan, kuliner dan lain-lain dikemas menjadi media edukasi, rekreasi dan konservasi bagi masyarakat luas Kabupaten Malang pada khususnya.

“Sekaligus menjadi daya tarik wisatawan luar desa untuk belajar tentang karakteristik, sejarah dan cerita rakyat setiap aset. Sehingga, aset desa akan lestari dan dipelihara bersama, sekaligus menjadi sumber ekonomi kreatif bagi masyarakat,” jelasnya.

Selain itu, Sadewa Desa di Desa Wisata Sanankerto dan Desa Wisata Gubugklakag juga akan menjadi basis desa wisata digital untuk belajar tentang obyek/spot wisata secara digital yang menyenangkan, interaktif, atraktif dan menarik bagi setiap wisatawan, terutama bagi kalangan gen z dan gen alpha.

Sadewa Desa sendiri bertujuan untuk menerapkan sistem digital pada sektor pariwisata sehingga berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan. Di mana Sadewa Desa ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem Digitalisasi Pohon atau Digitree yang sebelumnya sudah diterapkan di Fakultas Vokasi UB.

Aji menjelaskan, munculnya Sadewa Desa memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin mengetahui informasi karakteristik dan cerita rakyat tentang aset desa wisata melalui scan QR Code dengan kamera handphone.

Digitalisasi aset obyek wisata desa diterapkan pada lima kategori aset yakni aset sumber daya alam, aset pohon, aset kuliner, aset seni dan budaya, aset edukasi, serta produk UMKM.

Setiap aset wisata memiliki format/struktur/muatan informasi yang berbeda. Hal itu dikarenakan karakteristik aset dan cerita rakyat yang berbeda. Namun, secara umum informasi tersebut mencakup informasi umum, sejarah, manfaat dan cerita rakyat yang melingkupinya.

“Konten informasi disajikan dengan memadukan empat bentuk media, yaitu berupa text, video, audio dan gambar,” tuturnya.

Aji berharap, digitalisasi aset obyek wisata desa ini akan menjadi daya tarik baru bagi wisatawan untuk singgah dan bermalam di desa wisata agar dapat mengeksplore semua obyek wisata secara digital.

“Sehingga mereka mau untuk berlama-lama tinggal di desa karena melakukan eksplore berbagai cerita obyek/spot wisata. Dengan begitu akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Dalam prosesnya, Sadewa Desa berhasil mendokumentasikan secara digital 28 obyek/spot wisata di Desa Sanankerto dan 46 obyek/spot wisata di Desa Gubugklakah. “Kedua desa ini sekaligus akan menjadi pilot project percontohan dalam pengembangan dan penerapan digitalisasi obyek/spot wisata di desa,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Sanankerto Subur mengatakan, Sadewa Desa merupakan realisasi harapan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang dan masyarakat desa untuk menjadikan Sanankerto sebagai desanwisata digital sesuai pencanangan oleh Bupati Malang HM. Sanusi pada tahun 2020.

“Saya berharap kerja sama ini akan terus berlanjut untuk penerapan sistem digital lainnya, sehingga menjadikan Boonpring menjadi destinasi wisata digital baru, bagi obyek-obyek wisata yang menjadi daya tarik wisatawan nasional dan mancanegara,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ketua Lembaga Desa Wisata (Ladesta) Gubugklakah Purnomo Ashari sangat antusias dengan peluncuran Sadewa Desa dengan menjadikan Desa Wisata Gubugklakah sebagai salah satu lokasi pilot project penerapan Sadewa Desa.

“Teknologi ini diharapkan akan mengembalikan kejayaan Desa Wisata Gubugklakah yang pada tahun 2016 omsetnya tembus Rp 16,2 milliar dalam setahun dan menjadi daya tarik baru desa-desa wisata lain,” katanya.

Sehingga dengan begitu, keberadaan Sadewa Desa mampu mendorong berkembangnya paket-paket wisata yang edukatif, rekreatif dan konservatif. Teknologi ini menjadi injeksi motivasi dan semangat baru untuk mengembangkan desa-desa wisata secara berkelanjutan.

“Aset menjadi media literasi untuk cinta budaya dan lingkungan bagi warga dan wisatawan. Sehingga, menjadi faktor penting dalam mewujudkan pembangunan desa wisata secara berkelanjutan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kota Probolinggo Muhammad Abbas yang turut menghadiri kegiatan Festival Ekraf 2025 yang merupakan rangkaian kegiatan dari Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025 Nusantaraya di wisata Boonpring, Desa Sanankerto, Turen mengaku tertarik dengan Sadewa Desa yang diterapkan di Desa Wisata Sanankerto.

Menurut Abbas, Sadewa Desa ini sangat menarik karena mampu menggali dan menyajikan informasi aset-aset desa menjadi obyek/spot wisata modern yang ceritanya dapat diakses dengan mudah melalui scan QR Code pada handphone.

Lalu untuk konten pada Sadewa Desa juga disajikan secara story telling dengan dilengkapi teks, audio, video, gambar dan animasi. Nantinya, Sadewa Desa ini akan menjadi daya tarik baru wisatawan untuk berkunjung dan eksplore berbagai cerita obyek/spot wisata.

“Saya akan melaporkan ke Pak Walikota dan menggandeng Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya, agar teknologi ini bisa diterapkan di Kota Probolinggo, khususnya untuk aset-aset sejarah, seperti gereja merah, pelabuhan tanjung tembaga, dan lain-lain sebagai wisata digital modern dan baru yang akan menjadi daya tarik masyarakat untuk berhenti dan singgah,” jelasnya.

Selain itu, yang membuat dirinya sangat tertarik mengembangkan teknologi seperti Sadewa Desa di Kota Probolinggo, teknologi ini dapat disematkan ke berbagai produk ekonomi masyarakat yang akan menjadi oleh-oleh sekaligus media promosi pariwisata Kota Probolinggo.

Exit mobile version